Sabtu, 19 Desember 2009

Kontroversi Film 2012

Sejak dirilis di Indonesia, Jumat pekan kemarin, film 2012 terus menuai kontroversi. Film yang menceritakan akhir dunia ini dinilai mendahului kehendak Tuhan.

Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Malang, Jawa Timur, bahkan melarang masyarakat menonton film yang menggambarkan hari kiamat ini. Menurut MUI Malang, film ini tidak bermanfaat, dapat menggoyang iman, dan menyesatkan.

Ketua MUI Malang Kiai Haji Mahmud Zubaidi mengatakan, film jelas bertentangan dengan tuntunan agama Islam. Sebab tak ada satu pun manusia di bumi ini yang bisa menebak datangnya hari pembalasan, termasuk hari dan tahunnya.

Mahmud menyarankan sebaiknya pemerintah melalui Lembaga Sensor dan lembaga terkait segera merevisi film dan menarik film ini dari peredaran.

Tapi, Ketua MUI Pusat Amidhan punya pandangan berbeda. Dia menilai, cerita "2012" tidak bermasalah. Menurut Amidhan, film dengan tema seperti ini sebelumnya juga pernah beredar di Indonesia.

Film 2012 bercerita mengenai hari kiamat yang diyakini terjadi pada 21 Desember 2012. Meski menemui banyak kecaman, nyatanya penggemar film di Tanah Air terus berbondong-bondong membanjir bioskop yang memutar film ini.(Metrotvnews.com)

Melihat fenomena kontroversi diatas, semuanya kembali kepada kita bgaimana harus menyikapi hal tersebut. Menurut saya setidaknya ada beberapa aspek yang dapat kita ambil dari film tersebut yaitu ; yang pertama : Aspek hiburan, karena memang setiap film-film yang dirilis memang mengandung unsur entertainment. Yang kedua : Aspek "siraman rohani", dari film tersebut dapat kita saksikan kehancuran alam semesta yang sangat dahsyat, walaupun tidak nyata tapi cukup menggambarkan betapa kecil dan lemah nya kita manusia dihadapan Sang pencipta. Film ini menyadarkan kita untuk selalu memperbaiki dan mempersiapkan diri.

Apakah film ini merusak akidah dan menyesatkan???

sebenarnyaj awabannya sudah ada,

BUKANKAH kita sudah punya dasar keyakinan yang kuat tentang kiamat?? saya rasa kita semua sudah memilikinya, bahkan anak-anak SD pun sudah tau kalau tak ada yang dapat mengetahui datang nya hari kiamat, karena kepercayaan tentang hari kiamat sudah diajarkan sejak usia dini dalam pendidikan, bahkan orang2 yang tidak berpendidikan pun sudah tau.

BUKANKAH kita punya para ulama/da'i yang selalu mengingatkan kita tentang hari kiamat dalm setiap kesempatan, nah film ini bisa menjadi media bagi mereka dalam berdakwah. Saya rasa dengan film ini para ulama/dai lebih mudah menyampaikan kedahsyatan akhir zaman yang selama ini hanya mereka sampaikan secara audio, dengan adanya film ini mereka juga bisa menyampaikan materi dakwah(tentang kiamat) secara visual, sehingga apa yg mereka sampaikan lebih "mengena" dihati umat.

Harusnya para ulama/dai menyikapi film ini dengan positif bukan melarang atau bahkan mengharamkan.

mari kita renungkan

...Wallahu a'alam bisshawab....

Selasa, 13 Januari 2009

DEMOKRASI DI DUNIA ISLAM MODERN

DEMOKRASI DI DUNIA ISLAM MODERN

A. Pengertian Demokrasi

Demokrasi secara bahasa berasal bahasa Yunani yaitu dari kata “demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu daerah dan “cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasann atau kedaulatan. Demokrasi secara istilah ada beberapa pendapat para ahli yaitu :

1) Menurut Joseph A. Schmeter, demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai ketentuan politik dimana individu dapat memperoleh kekuasaan untuk menentukan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.

2) Sidney Hook berpendapat demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung dan tidak langsung didasarkan kepada kesepakatan mayoritas

3) Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl menyatakan demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakannya di wilayah publik oleh warga negara

4) Henry B. Mayo menyatakan bahwa demokrasi merupakan system yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas mayoritas dan wakil-wakil dan diawasi oleh rakyat yang didasarkan atas dasar kesamaan politik dan terjaminnya kebebasan politik.

B. Islam Dan Demokrasi

Mengenai hubungan islam dan demokrasi telah berkembang beberapa paradigma. Ada yang mengatakan bahwa islam anti demokrasi karena demokrasi tidak sesuai dengan islam, dan ada yang mengatakan bahwa islam sejalan dengan demokrasi

Bagi yang anti demokrasi, mengatakan antara islam dan demokrasi terdapat perbedaan yang amat mendasar, yang menjadikan keduanya bak timur dan barat, air dan api, langit dan bumi. Mereka berkeyakinan bahwa kedaulatan itu terletak ditangan Allah dan manusia hanyalah pelaksana dari kedaulatan Allah tersebut. Berbeda dengan islam, dalam demokrasi kedaulatan itu terletak di tangan rakyat sehingga ada yang mengatakan bahwa demokrasi adalah berhala modern, sekularisme dan banyak asumsi negatif lainnya. Dalil yang mereka gunakan adalah QS Al An’aam [6]: 57

Katakanlah: "Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yang nyata (Al Quran) dari Tuhanku, sedang kamu mendustakannya. tidak ada padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan kedatangannya. menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia pemberi keputusan yang paling baik".

Ayat diatas menerangkan bahwa demokrasi nyata-nyata bertolak belakang dengan ajaran Islam. Sebab, Islam telah meletakkan kedaulatan berada di tangan Allah, sebagai Musyarri’, bukan di tangan manusia. Oleh karena itu, ide Demokrasi yang telah meletakkan kedaulatan berada di tangan manusia (dalam hal ini rakyat), dan kekuasaan berada di tangan rakyat, adalah ide yang bathil, bertolak belakang dengan ajaran Islam. Dan Islam tidak mengenal Demokrasi, sejak kelahirannya hingga hari Kiamat.

Kelompok yang anti demokrasi ini mengatakan bahwa demokrasi berbeda dengan konsep Syura dalam islam. Demokrasi tidak sama dengan syura, karena syura berarti memberikan pendapat dalam koridor hukum islam. Sedangkan demokrasi merupakan suatu pandangan hidup dan kumpulan ketentuan untuk seluruh konstitusi, undang-undang, dan peraturan, yang telah dibuat oleh manusia menurut akal mereka sendiri. Mereka menetapkan ketentuan-ketentuan itu berdasarkan kemaslahatan yang dipertimbangkan menurut akal, bukan menurut wahyu dari langit.

Bagi yang pro terhadap demokrasi mengatakan bahwa tidak ada pemisahan antara Islam dan demokrasi. Ada beberapa tokoh Muslim yang menganggap bahwa Islam memiliki hubungan yang baik dengan demokrasi. Untuk itu, demokrasi tidak perlu dijauhi. Hubungan Islam dan demokrasi semacam ini bisa disebut dengan hubungan simbiosis-mutualisme. Hubungan Islam dan demokrasi tidak terpisahkan sama sekali. Dalam pandangan ini, Islam dianggap sebagai doktrin (Islam asli), yakni Islam sebagai teks al-Qur`an atau lebih umum sebagai tradisi otoritatif. Islam bukanlah agama sebagaimana diartikan kalangan Barat. Islam dipandang sebagai instrumen ilahiah untuk memahami dunia. Dengan alasan ini, maka kalangan masyarakat Muslim ingin mendasarkan seluruh kerangka kehidupannya, termasuk dalam urusan politik maupun demokrasi, pada ajaran Islam.

Syekh Yusuf Qaradhawi, seorang cendikiawan muslim terkemuka, Menurutnya, Islam selaras dengan nilai-nilai demokrasi. Ia menunjuk bukti Indonesia yang mayoritas Muslim terbesar di dunia, mampu membumikan secara bersamaan nilai-nilai Islam dan demokrasi. Hal senada juga dilontarkan mantan presiden Amerika, Jimmy Carter dalam observasinya terhadap pemilu 2004 menyatakan, “Warga Muslim mampu menerapkan pemerintahan demokratis yang sesungguhnya.” Padahal di sisi lain, politikus elit AS di Washington dan media massa Barat sempat tak percaya, Islam mampu mewujudkan demokrasi.

Perkembangan demokrasi di dunia islam masih lamban, ada beberapa alasan teoretis yang bisa menjelaskan tentang lambannya pertumbuhan demokrasi di dunia islam. Pertama, pemahaman doktrinal menghambat praktek demokrasi. Teori ini dikembangkan oleh Elie Khudourie bahwa “gagasan demokrasi masih cukup asing dalam islam”. Hal ini disebabkan oleh kebanyakan umat islam mengaggap bahwa demokrasi itu bertententangan dengan islam. Untuk mengatasi hal itu perlu upaya liberalisasi pemahaman keagamaan dalam rangka mencari korelasi antara doktrin islam dengan teori-teori modern seperti demokrasi.

Kedua, persoalan kultur. Demokrasi sebenarnya telah dicoba dinegara-negara muslim sejak paruh abad pertama abad dua puluh tapi gagal. Tampaknya demokrasi tidak akan sukses di masa mendatang, karena warisan kultural masyarakat muslim sudah terbiasa dengan otokrasi dan ketaatan pasif. Teori ini dikembangkan oleh Bernard Lewis dan Ajami.

Ketiga, lambannya pertumbuhan demokrasi di dunia islam tidak ada hubungannya dengan teologi dan kultural, melainkan berkaitan dengan sifat alamiah demokrasi itu sendiri. Untuk membangun demokrasi diperlukan kesungguhan dan kesabaran. Jadi demokratisasi di dunia islam hanyalah masalah waktu karena demokratisasi itu diperlukan proses yang panjang dan suatu saat demokrasi pasti berkembang di dunia islam. Teori ini dikembangkan oleh Jhon Esposito dan O. Voll.

Selasa, 06 Januari 2009

BENARKAH TAN MALAKA ATHEIS?

TAN MALAKA PAHLAWAN JENIUS YANG TERLUPAKAN

  1. Biografi Tan Malaka

Dalam catatan sejarah kelahiran Tan Malaka masih terdapat perbedaan-perbedaan mengenai tanggal, tahun lahirnya namun dengan catatan ia masuk sekolah rendah tahun 1903, jadi diasumsikan Tan Malaka lahir pada tanggal 02 Juni 1897 di desa Pandan Gadang Sumatera Barat. Nama lengkapnya Ibrahim Datuk Tan Malaka sebuah nama khas Minang yang kental dengan tradisi islamnya. Beliau bisa dikategorikan sebagai salah satu dari tokoh-tokoh besar bangsa Indonesia sejajar dengan Soekarno, Hatta, Syahrir, Moh. Yamin, dan lain-lain. Perjuangannya yang revolusioner juga dibuktikannya dengan kemunculan karya-karyanya yang orisinil dan filosofis sehingga sangat berpengaruh terhadap sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sayangnya tak banyak penulis Indonesia dimasa kemerdekaan yang mengeksplorasi pemikirannya karena persepsi dan stigma yang negatif terhadapnya. Namun Tan Malaka tetaplah sosok yang tak pernah berhenti berfikir. Sumbangan pemikirannya akan menjadi refleksi bagi perenungan kita dimasa sekarang dan akan datang untuk terus melanjutkan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia

Mulai tahun 1913 dan sampai enam tahun kemudian Beliau tercatat sebagai siswa Rijks Kweekschool di Haarlem, Nederland. Beliau terkenal sebagai murid yang cerdas, periang dan kreatif. Dari sinilah semangat revolusioner mulai terbangun. Di sana Beliau mempelajari pemikiran filsuf-filsuf dunia seperti Nietsche, Karl Marx, Engels. Bahkan Beliau sempat mendaftar sebagai calon tentara Jerman dalam era perang dunia I. Tan Malaka kembali ke Indonesia pada tahun 1919 dan mendaftarkan diri sebgai guru bagi kaum kuli dipekebuanan Senembah May di Tanjung Morawa. Beliau merasakan betapa kejamnya kaum Kapitalis mengeksploitasi pekerja kuli kontrak di sana. Hal ini menimbulkan semangat radikal pada diri Tan Malaka muda untuk memperjuangkan kemerdekaan dan keadilan bagi rakyat.

Akhirnya pada tahun 1921 pergi ke Semarang dan bertemu dengan Semaun dan mulai merambah kancah politik. Pada tanggal 24-25 Desember tahun 1921 diadakan kongres PKI pada saat itu Beliau diangkat menjadi ketua PKI. dan pergulatan politik nasional dimulai dari sini. Banyak terjadi insiden yang mengharuskan ia diasingkan beberapa kali dan ia kerap pergi keluar negeri ketika suasana menjadi panas tidak kondusif dalam iklim politik. Beliau termasuk tokoh yang tidak suka perpecahan dalam kelompok masyarakat politik. Dan beliau meninggal dunia pada tahun 1949 tepatnya bulan Februari Beliau gugur hilang tak tentu rimbanya, mati tak tentu kuburnya ditengah-tengah perjuangan mempertahankan proklamasi. Menurut versi hasil penyelidikan Partai Murba, tanggal 19 Februari 1949 Tan Malaka dibunuh oleh tentara regular “Macan Kerah” dari Brigade”S” dibawah pimpinan Letkol Surachmad di desa Pethok, Kediri dan mayatnya dibuang ke sungai Brantas dan tidak pernah ditemukan

Sedangkan menurut Harry A Poeze sejarawan asal Belanda Tan Malaka ditembak mati pada tanggal 21 Februari tahun 1949 setelah tertangkap di Desa Selo Panggung di lereng gunung Wilis. beliau ditembak mati atas perintah Letnan Dua Sukotjo

  1. Pemikiran Tan Malaka

Tan Malaka merupakan pemikir dan penulis yang produktif, Beliau banyak menuangkan pokok pikiran atau ide beliau yang berbentuk filsafat, revolusi dan lain-lain dalam bentuk karya tulis.

Pemikiran beliau dibidang filsafat adalah Madilog (materialisme, Dialektika, Logika) yang beliau tuangkan dalam karya tulis yang berjudul Madilog pada tahun 1942

Tan Malaka dengan tegas membatasi daerah cakupan pembahasan madilog. Madilog tidak berlaku bagi promise-promise non-ilmiah misalnya daerah keyakinan atau kepercayaan. Ketuhanan Yang Maha Esa misalnya dinyatakan oleh Tan Malaka berada diluar daerah pembahasan Madilog.

Oleh Tan Malaka, Madilog dimaksudkan untuk memerangi mistik timur yang sangat menghambat kemajuan dan kebudayaan dan juga sebagai tandingan bagi penulis-penulis barat yang terlalu meninggalkan logika.

Menurut Beliau, Hindu yang sangat kental mistiknya dan Imperialis lah yang manyebabkan Indonesia mundur dan berada dalam kungkungan penjajahan karena penjajah Belanda memafaatkan keadaan dimana bangsa Indonesia terjebak dengan pemikiran yang tidak dinamis

Demikianlah Madilog merupakan cara berfikir ilmiah yang merupakan sumbangan Tan Malaka dibidang filsafat umumnya dan ilmu pengetahuan khususnya. Madilog mengajak dan memperkenalkan kepada bangsa Indonesia cara berpikir ilmiah bukan secara kaji atau hafalan, bukan dogmatis dan doktriner. Madilog bisa dikatakan terobosan pemikiran baru mengenai cara berpikir, dengan menghubungkan ilmu bukti serta mengembangkan dengan jalan dan metode yang sesuai dengan akar dan urat kebudayaan Indonesia.

Didalam karya Madilog-nya, Tan malaka mengkritik logika mistik . Beliau berpendapat bahwa inti ajaran agama bukanlah pada kegaiban, yakni pengharapan surga dan neraka. Seharusnya dengan berkembangnya akal budi manusia, beragama tidak lagi didasarkan pada kenikmatan surga dan kesengsaraan neraka. Tan Malaka juga mengkritik penjungkirbalikan agama. Yakni, ajaran kegaiban yang pada awalnya sebagai iming-iming agar manusia mengikuti ajaran nabi, namun sekarang diletakkan sebagai yang utama. Dikarenakan kritikan Tan Malaka yang berani, seringkali ia dicap sebagai anti agama, kafir, murtad. Padahal beliau dilahirkan dari keluarga muslim yang taat. Bahkan saat ibunya sakit, beliau sempat membaca surat Yasin berulang-ulang. Beliau pun terlihat begitu mendalam dan sungguh-sungguh mempelajari dan menguasai Islam baik dari segi teologi, histories, dan syariat. Bahkan ia kontekstual dan implementatif dalam berpikir mengenai keislaman di Indonesia

Pemikiran Tan Malaka berbeda dengan pemikiran Karl Max dan Lenin – yang melahirkan paham komunis – walaupun kedua filsuf itu merupakan inspirator bagi beliau dalam pemikiran filsafat, karena Beliau menempatkan agama sebagai sesuatu hal yang tidak tergabung dengan pola pikir Madilog, akan tetapi secara tidak langsung Madilog dapat menerangi agama seperti obor yang menerangi dari luar dan tidak memasuki benda itu seluruhnya.

Dengan kata lain Tan Malaka menegaskan bahwa pola pikir Madilog bisa dipakai untuk atau alat memahami dan menganalisa doktrin agama. Jadi Beliau memakai filsafat Marxisme hanya sebatas metode bukan sebagai dogma (agama)

Bila dikaitkan dengan Islam, Madilog sangat sesuai sekali dengan Islam. Bagi Tan Malaka, Islam diakuinya sebagai penggunaan cara berfikir Madilog realistis dan dinamis. Dalam Islam keselarasan antara akal atau rasionalitas yang berpuncak pada science, selalu dijaga keseimbangannya dengan suara hati yang merupakan manifestasi dari iman. Dan juga tidak menimbulkan sikap atheisme karena akal yang melampaui iman. Al-qur'an selalu menekankan keseimbangan antara keduanya dan banyak nash-nash yang menunjukkan hal itu.

Kemudian hal terpenting dari Islam, seperti yang ditunjukkan oleh Tan Malaka adalah Islam memberikan kemajuan bagi bangsa Eropa. Lewat Islamlah ilmu penegetahuan dapat dijembatani dari masa Yunani-Romawi kemasa sekarang, sebab Eropa pada abad pertengahan sebagai abad kegelapan, yaitu pada masa berlakunya zaman Skolastik Kristen dimana dominasi dogma mengalahkan akal. Baghdad menjadi pusat pengetahuan di dunia dan lewat sanalah transfer ilmu pengetahuan ke Eropa berlangsung besar-besaran. Zaman keemasan islam dipelopori oleh kaum Mu'tazilah sebagai kaum meterialisme-dialektis. Islam bagi Tan Malaka mempunyai doktrin ke-Tuhanan yang sesuai dengan hokum logika.

Pokok pikiran Tan Malaka yang lain yaitu tentang konsep kemerdekaan. Dalam brosurnya yang berjudul Politik pada tahun 1945 Tan Malaka menyatakan bahwa kemerdekaan itu adalah kedaulatan yang mengandung makna kekuasaan dan kemakmuran. Dalam buku tersebut ditulis percakapan antara beberapa tokoh yang mewakili paham-paham yang terpenting dalam revolusi, selanjutnya diuraikan bahwa kemerdekaan bukanlah kemauan tunggal tetapi kemauan terikat. Menurut Tan Malaka, kemerdekaan suatu negara amat erat kaitannya dengan negara-negara lain dengan adanya pengakauan atas terikatnya kemerdekaan negara-negara itu sama lainnya.

Selanjutnya tentang kemerdekaan seratus persen, Menurut Tan Malaka kemerdekaan itu adalah kemerdekaan yang mengandung batasan-batasan :

1. Daerah

2. Kedaulatan

3. Administrasi

4. Kekuasaan atas perekonomian

  1. Kesimpulan

Ternyata spekulasi yang berkembang selama ini bahwa beliau atheis (Komunis) tidaklah benar, karena filsafat beliau yang terinspirasi dari Karl Marx hanya diterapkan dalam konteks metode berfikir ilmiah bukanlah sebagai dogma. Bagi beliau, Madilog dipakai untuk untuk menciptakan pola pikir yang rasional dan memahami dogma agama dengan pemikiran yang rasional dan dinamis, dan ternyata islam sesuai dengan pola pikir Madilog yang Beliau kembangkan.